Harare - Zimbabwe berhasil menjual berlian hasil tambang di negaranya sebesar US$ 685 juta (Rp 6,5 triliun) sepanjang 2012. Sayangnya, pemerintah setempat tidak mendapat hasil maksimal. Apa alasannya?
Komisaris perusahaan tambang milik negara Zimbabwe, Zimbabwe Mining Development Corporation (ZMDC), Goodwills Masimirembwa menuduh Amerika Serikat (AS) menjadi penyebabnya. Ia menilai, langkah AS yang memblokir perdagangan berlian Zimbabwe membuatnya dijauhi oleh para pembeli potensialnya.
"Pelarangan yang diberlakukan (AS) tahun lalu (kepada perusahaan asal Zimbabwe) sangat merugikan. AS mengancam para pembeli berlian kami sehingga tingkat penjualan ke India yang biasanya tinggi pun turun," katanya kepada AFP, Rabu (30/1/2013).
Selain itu, kata dia, penjualan lebih banyak dilakukan oleh perusahaan swasta. Sehingga, kata Menteri Keuangan Zimbabwe Tendai Biti, dari nilai penjualan berlian sebanyak US$ 685 juta itu, hanya sekitar US$ 40 juta (Rp 380 miliar) yang masuk ke kantong pemerintah.
"Saya tidak mengerti kenapa menteri keuangan (Zimbabwe) berkata seperti itu, setahu saya perusahaan tambang berlian selalu membayar 15% royalti kepada pemerintah," kata Masimirembwa.
Pengamat tambang yang bermarkas di Ottawa, Kanada, Partnership Africa Canada tahun lalu menyatakan berlian senilai US$ 2 miliar dibawa keluar dari Zimbabwe dalam empat tahun terakhir. Berlian-berlian itu dibawa oleh sebuah jaringan yang melibatkan menteri-menteri dan militer Zimbabwe di bawah kepemimpinan Presiden Robert Mugabe.
Sertifikasi perdagangan berlian yang mengatur perdagangan di seluruh dunia atau dikenal dengan The Kimberley Process Certification Scheme sudah melakukan pengawasan ketat di industri berlian Zimbabwe. Pasalnya, banyak keluhan tambang berlian di negara itu masih jauh di bawah standar.
Aktivis hak asasi manusia setempat sudah melaporkan meninggalnya 200 pekerja tambang ketika terjadi kecelakaan pada 2008 silam. Zimbabwe pun disuspen oleh negara-negara pembeli berlian 'bebas konflik'.
sumber : Detik.com