PARIS, KOMPAS.com — Penemuan yang dipublikasikan di PLOS ONE, Rabu (5/12/2012), mengungkap perilaku satwa yang tak terduga. Spesies lele Silurus glanis ternyata mampu memakan burung merpati.
Silurus glanis adalah lele terbesar ketiga di Eropa. Dalam publikasi, dinyatakan bahwa lele itu berasal dari wilayah Eropa di dekat sungai Rhine. Kini, jenis ikan predator itu diintroduksi ke beberapa sungai di Eropa, termasuk Sungai Tarn di Perancis, tempat penelitian ini dilakukan.
Julien Cucherousset dari Universitas Paul Sabatier yang menjadi pemimpin peneliti menguraikan, dalam penelitian, lele terekam berenang ke tepian, sesaat berada di daratan, menyambar burung merpati yang sedang berkumpul di tepi sungai, lalu membawanya kembali ke perairan.
Menurut Cucherousset, perilaku hewan air yang memakan hewan darat memang bukan hal baru. Namun, perilaku lele yang mampu memakan burung belum pernah ditemukan sebelumnya. Ia mengatakan bahwa perilaku ini adalah salah satu bentuk adaptasi terhadap kompetisi.
"44 perilaku mendarat parsial dan kebanyakan keseluruhan diobservasi dan difilmkan, di mana 28 persen ikan yang mendarat sukses memangsa. Burung darat ditangkap, lalu ikan kembali ke sungai dan menyantapnya," papar Cucherousset dan rekannya dalam publikasi.
"Sekitar 40 persen dari yang diobservasi, sebagian besar bagian tubuh lele ini berada di luar air. Perilaku ini berlangsung sangat cepat, mulai kurang dari sedetik hingga maksimal 4 detik," lanjutnya.
Observasi perilaku juga menunjukkan keunikan. Lele cenderung memilih memakan burung yang aktif. Walaupun seekor burung berlokasi sangat dekat dengan jangkauan, lele takkan menyerang jika burung itu diam. Diduga, lele memanfaatkan gelombang air untuk mendeteksi mangsa.
Spesies lele yang diobservasi mulai diintroduksi di Sungai Tarn pada tahun 1983. Peneliti menduga, perilaku tersebut muncul karena kompetisi dengan satwa lain di sungai dalam mendapatkan makanan. Hal ini belum diteliti lebih lanjut.
"Penemuan menunjukkan bahwa perilaku predasi baru ini merepresentasikan kemampuan ekstrem spesies yang diintroduksi untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, yang bisa menimbulkan dampak tak terduga untuk dinamika sumber pangan dan fungsi lingkungan," papar Cucherousset.(bgs/4)