Embrio ikan hiu bambu bisa deteksi bahaya











BBC INDONESIA - Embrio ikan hiu bambu yang masih berkembang dalam telur dapat mendeteksi gelombang elektronik yang menandakan bahaya, menurut para ilmuwan.
Para peneliti Australia mengatakan walaupun masih berada dalam telur, embrio ikan ini bisa berhenti bergerak dan bernafas sebentar agar tidak terdeteksi.
Ikan hiu menggunakan pori-pori di kepala yang disebut reseptor elektronik untuk mendeteksi binatang lain.
Reseptor yang sangat sensitif ini membantu ikan hiu dalam berburu mangsa ataupun menandai adanya bahaya melalui gelombang bioelektronik.
Penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas Western Australia, menunjukkan embrio hiu bambu (Chiloscyllium punctatum) menggunakan metode yang sama untuk mendeteksi binatang lain yang dianggap membahayakan.
"Embrio hiu dapat mengetahui adanya bahaya dan bereaksi sedemikian rupa sebagai langkah pencegahan," kata Ryan Kempster, pakar hiu yang juga merupakan anggota tim peneliti.
Temuan tim peneliti ini diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE.

    "Inilah penelitian pertama yang menunjukkan kemampuan hiu untuk mendeteksi dan 'bersembunyi' dari binatang lain dengan posisi tidak bergerak dan berhenti bernafas"
Ryan Kempster
 

'Bersembunyi'

Ikan hiu bambu dapat berkembang sepanjang 1,2 meter dan ditemukan di kawasan Indo-West Pasifik -pertemuan antara Samudra Pasifik barat dan tengah yang terletak di lepas pantai Indonesia.
Embrio sejumlah spesies hiu disimpan di telur sehingga dapat berkembang secara independen di luar induknya.
Saat embrio berkembang, kuli telur mulai terbuka dan membuka kemungkinan dimangsa binatang lain.
"Inilah penelitian pertama yang menunjukkan kemampuan hiu untuk mendeteksi dan 'bersembunyi' dari binatang lain dengan posisi tidak bergerak dan berhenti bernafas," kata Kempster.
Kempster -yang membentuk kelompok konservasi hiu Support Our Sharks- mengatakan hasil penelitian ini dapat membuka jalan untuk memproduksi langkah efektif menghindari serangan hiu.